




Puteri Labu dan Pemburu
Kuingatkan padamu bahwa ini adalah sebuah dongeng kekanak-kanakan yang sesungguhnya tak layak dibaca. Dan karena ini sekedar dongeng picisan, aku tidak menyarankanmu membacanya keras-keras di tengah pelataran, apalagi di liang telinga nenekmu yang tengah meregang di bawah lumatan serigala. Maka jika kau bukanlah manusia berambut helai permen dan berpiyama sulaman kapas awan, melainkan makhluk dewasa dengan alis mata busur panah dan bibir yang menyeloroh, lebih baik kau segera meninggalkan halaman ini dan kembali pada duniamu yang sungguh, sungguh, tak lepasnya warna-warna hitam-putih-kelam-metalik yang ditata berulang-ulang, dan tak usah lagi kembali.


Popular Posts
-
Credit: foto diambil dari sini sini Tadi malam saya bermimpi, mimpi yang pecah-pecah dan tak beraturan. Dalam mimpi itu, saya kem...
-
Saya suka musik Jepang, bermula dari kesenangan saya menyaksikan anime sedari kecil. Yah, waktu itu ayah saya jauh di Malaysia, Ibu mesti...
-
Mulanya, saya tergelitik untuk menulis artikel countdown ini sebab, semakin hari, saya mendengar semakin banyak anomali yang mengat...
-
(Ini kare Jepang buatan saya, dan jangan harap rasanya aman di lidah anda.) Ketika saya bilang bahwa saya tumbuh dengan masakan...
-
Hujan identik dengan perasaan mellow dan romantis---itu yang ada dalam benak saya. Setiap hujan turun, bawaannya pasti pengen muter lagu ga...
-
"Mengapa tepian matamu berair?" "Ah, tidak, hanya merindu." "Semacam rindu yang membuat begitu ingin b...
-
Belakangan, lagi kumat (ndak tahu untuk yang keberapa kalinya) dengerin lagu lama yang sempat saya sukai semasa rentang SMP dan SMA, ...
-
Dari awal, Gadis Bertudung Merah memang merupakan gadis yang nakal.
-
Selamat datang, Desember. Belakangan, Jogja terus-terusan diguyur hujan, terkadang pagi, terkadang siang, terkadang malam. Tidak masal...
-
"Banyak orang yang memperlakukan kami seolah-olah kami adalah jenis manusia yang mesti dihindari. Padahal, Mbak, kami tidak jauh berb...
Nihayatun Ni'mah, 2013. Powered by Blogger.
2 Comments