,

Tik Tok, Tik Tok


(salah satu sudut Yogyakarta yang saya sukai.)

Kemarin malam, saya menginap di kontrakan salah satu teman kuliah berinisial A---barengan dengan teman kuliah lain yang berinisial T. Ya, pendeknya, semacam sleepover versi pas-pasan, gitchu. Layaknya mahasiswi tingkat empat (atau sebenarnya, wanita) pada umumnya, malam itu kami membicarakan banyak hal, mulai dari pelajaran, dosen, perkembangan gosip di hiburan tanah air, cinta, hingga pernikahan.

Deg.

Pernikahan, sewaktu mendengar kata ini, pikiran saya sesaat melompat ke beberapa tahapan ke depan. Jujur, dulu saya paling semangat jika diajak bicara soal pernikahan. Saya bayangkan, sungguh bahagianya, membangun keluarga cepat-cepat dan menjadi seorang Ibu dalam hubungan yang sah. Sayangnya, semakin ke sini, persepsi idaman saya itu semakin terasa hambar---luntur---lalu titik terang itu seolah memukul saya pelan-pelan---cukup pelan untuk tidak menimbulkan pikiran larut yang membuat malam sleepover saya mendadak kusut---tapi tetap saja, di pagi harinya, saya kembali tersadar: tahun ini saya akan memasuki pengulangan dasawarsa yang kedua.

Saya rupanya sudah mulai tua.

****

Read more »

, ,

Tentang Masakan Ibu



(Ini kare Jepang buatan saya, dan jangan harap rasanya aman di lidah anda.)

Ketika saya bilang bahwa saya tumbuh dengan masakan Ibu, sungguh, saya tidak berbohong. Sejak kecil, saya jarang makan di luar---hanya sesekali jika ada kegiatan sampai sore di sekolah dan Ibu kebetulan sedang tak membawakan bekal. Jujur saja, saya baru sering jajan sejak kuliah. Itu pun, 'sering'-nya saya tidak sebanding dengan 'sering'-nya kawan kuliah lain. Ya wajar, sih, saya di Jogja toh ada rumah, ndak ngekos, ndak jauh dari orangtua, tapi tetap saja.

Tapi tetap saja.

Saya alergi, alergi segala macam makanan laut dan makanan sungai, itu sudah bukan rahasia. Setiap saya iseng jajan di luar, memesan satu porsi udang goreng tepung, takoyaki, sushi, ikan bakar, atau cumi asam manis, malamnya bintik-bintik merah panas nan gatal pasti mulai muncul di tangan kanan saya---pasti di sebelah kanan terlebih dahulu, entah apa sebabnya. Lucunya, lain kali, jika Ibu yang memasak segala macam makanan amis itu di rumah, saya tidak merasakan gejala alergi sedikit pun. Kalau pun ada, dibasmi sebutir CTM juga langsung sembuh. Saya ingat, dulu Ibu sampai pernah membuat empek-empek sendiri---pakai campuran udang, ayam, serta tengiri---agar saya tetap bisa menikmati kuliner asal Palembang itu tanpa harus berobat keesokan harinya.

Iya, saya dimanja. Iya, saya anak bungsu kesayangan keluarga---karenanya cara bicara saya kadang ngeselin, saya tahu (meski ada beberapa juga yang bilang itu unyu, he). Kakak saya bahkan pernah berkata begini sambil bercanda, "Kalau dulu kamu jadi kuliah di Teknik Geofisika ITB, nggak kebayang, lho, pasti kamu jadi kurus, terus alergimu gampang kambuh."

Lalu ketika saya pikir ulang, benar juga.

Saya rupanya, sekali dalam seumur hidup, memang tak salah ambil pilihan.

"Eh, tapi, gimana, kuliah di Teknik Kimia gampang atau susah?"

... Atau tidak sama sekali.

****

Read more »

Popular Posts

Nihayatun Ni'mah, 2013. Powered by Blogger.

Followers