"Banyak orang yang memperlakukan kami seolah-olah kami adalah jenis manusia yang mesti dihindari. Padahal, Mbak, kami tidak jauh berbeda dengan mereka. Kami juga memiliki akal, pikiran, keinginan, perasaan, dan sebagainya. Satu hal yang membuat kami tak sama hanyalah, kami tak bisa melihat---mata kami tak dapat. Di luar itu, kami normal, kami tetap saja manusia biasa."
Aku heran, mengapa mereka tak pernah mengungkapkan di literatur-literatur yang beredar bahwa aku, Gadis Bertudung Merah, sebenarnya bukan perempuan baik-baik.
Atau setidaknya begitu, semenjak aku sadar bahwa aku telah jatuh hati kepada serigala bertaring gerigi, bermata rubi, dan berbulu anyaman serat nilam.
Iseng, Nonsense
One More Time, One More Chance: My Not-So-Short-Thoughts on 5 Centimeters Per Second Movie
Yesterday, I saw a dream.
... A dream about the past.
In that dream, we were still 13 years old, and we were in a wide, snowy, empty field. The light that came from the houses looked dim and so far away, only our tracks were on the road we passed. With that scenery, someday, we will see the cherry blossoms together.
Once again: he and I, without a single doubt.
That's what we thought.
Hujan identik dengan perasaan mellow dan romantis---itu yang ada dalam benak saya. Setiap hujan turun, bawaannya pasti pengen muter lagu galau nan melankolis sambil sok-sok memasang wajah dramatis, berandai bahwa saya tengah membintangi video klip lagu tersebut. Kebiasaan ini sudah mendarah daging, enanggan lepas. Sehingga otomatis, setiap hujan datang, kalau tidak merenung, meratapi nasib dan hidup, ya saya buru-buru mencari nada-nada minor demi memenuhi kepuasan batin (kayak apa aja, sih, hah). Nah, ditilik dari playlist saya selama satu bulan terakhir, berikut adalah 10 lagu yang belakangan sering saya putar di kala hujan.
Well, bukan berarti semua oarang lantas mau ambil pusing, though, tapi ya masa bodohlah, tidak perlu koprol atau berkata wow atau apa, saya... hanya... ingin... nge-share.
Cekidot!
I've never seen fireflies before, not before I moved to this small region. Well I'm not sure anyway, whether there was really no single firefly lived in my old, err, residence---or there actually was, but I just didn't happen to give a fuck.
Honestly, it wasn't until my brother showed me the "Kunang-kunang" song that I knew 'bout them. Forgive me, but have you ever heard of this old-strange-lyric, "Kunanti dirimu sampai aku ketiduran, kumimpi dikejar kunang-kunang. Taringnya keluar, kepalanya membesar. Kutakut dikejar kunang-kunang."
Yep, weird, isn't it? But not in our innocently-childish-mind back then. In fact, we, or rather me, loved to sing those nonsense words a lot. And by saying a lot, I mean, every single time! Though I didn't even know what on earth was that kunang-kunang thingy mentioned by the singer, I kept on singing.
And when I finally met them, one summer night, 7 years ago, part of me knew that, I've fallen right away.
I've fallen right away
Curhat, Iseng, Nonsense, omong kosong
Selamat Malam, Sersan! Antara Siberian Husky dan Cat, Mana yang Malam Ini Akan Kaupilih Sebagai Pelapis Tidurmu? Tidak, Kau Tidak Boleh Memilih Aku.
Jadi, ceritanya, judul kali ini memang sengaja saya buat panjang. Sebab siapa tahu, siapa tahu saja, di suatu waktu, Brendon Urie akan terbangun dengan hangover luar biasa akut yang mengakibatkan ia singgah ke blog saya dan menggunakan secarik kalimat omong kosong ini sebagai nama album barunya---saya bilang, siapa tahu saja, Sersan.
Kuingatkan padamu bahwa ini adalah sebuah dongeng kekanak-kanakan yang sesungguhnya tak layak dibaca. Dan karena ini sekedar dongeng picisan, aku tidak menyarankanmu membacanya keras-keras di tengah pelataran, apalagi di liang telinga nenekmu yang tengah meregang di bawah lumatan serigala. Maka jika kau bukanlah manusia berambut helai permen dan berpiyama sulaman kapas awan, melainkan makhluk dewasa dengan alis mata busur panah dan bibir yang menyeloroh, lebih baik kau segera meninggalkan halaman ini dan kembali pada duniamu yang sungguh, sungguh, tak lepasnya warna-warna hitam-putih-kelam-metalik yang ditata berulang-ulang, dan tak usah lagi kembali.
Saya suka musik Jepang, bermula dari kesenangan saya menyaksikan anime sedari kecil. Yah, waktu itu ayah saya jauh di Malaysia, Ibu mesti menjaga toko, kakak laki-laki saya yang paling dekat (usia kami 'hanya' terpaut lima tahun) bermain dengan teman-teman sebayanya, keluarga besar saya ada di Pulau Jawa, kakak pertama saya tinggal di lingkungan perusahaannya, dan yang tersisa, praktis, hanya saya seorang diri. Jika Ibu sedang tak mengizinkan saya bermain di luar, saya biasanya menyalakan televisi dan mencari tontonan anak-anak. Dulu, saya ingat betul, tayangan kartun anak-anak masih banyak diputar, tak seperti sekarang.
Kali kedua menggunakan SAI, mulai berani mewarnai (man, saya memang goblok dalam hal warna-mewarnai), tapi tetap saja menggambar dan mewarnai menggunakan mouse itu penyiksaan batin plus kesabaran.
Saya harap, secara ajaib, muncul uang satu milyar di bawah dipan saya besok pagi.
Amin.
Yogyakarta, 2012
Yogyakarta, 2012.
Mungkin karena pada kenyataannya, saya akui, saya ini tipikal yang tak pandai berbicara, terlebih kepada orang yang tak begitu dekat.
"If music be the food of love, play on." --- William Shakespeare
Saya suka musik, sungguh. Barangkali musik adalah hal kedua yang benar-benar saya sukai setelah menulis, menggambar, dan meratapi hujan. Di pagi hari, seusai melakoni subuh, beres-beres, berbenah, berangkat kuliah, di dalam kelas, di atas bis kota yang bercampur bau keringat, senja berarak, saya pasti akan menggumamkan sebuah lagu tanpa sadar, lagu apa saja yang kira-kira cocok dengan mood saya kala itu. Bagi saya, musik seperti mengutarakan sebuah cerita, mirip buku harian, bedanya saya tak memerlukan kertas dan pena.
Popular Posts
-
Saya suka musik Jepang, bermula dari kesenangan saya menyaksikan anime sedari kecil. Yah, waktu itu ayah saya jauh di Malaysia, Ibu mesti...
-
Belakangan, lagi kumat (ndak tahu untuk yang keberapa kalinya) dengerin lagu lama yang sempat saya sukai semasa rentang SMP dan SMA, ...
-
Mungkin karena pada kenyataannya, saya akui, saya ini tipikal yang tak pandai berbicara, terlebih kepada orang yang tak begitu dekat. "...
-
Mulanya, saya tergelitik untuk menulis artikel countdown ini sebab, semakin hari, saya mendengar semakin banyak anomali yang mengat...
-
Hujan identik dengan perasaan mellow dan romantis---itu yang ada dalam benak saya. Setiap hujan turun, bawaannya pasti pengen muter lagu ga...
-
Selamat datang, Desember. Belakangan, Jogja terus-terusan diguyur hujan, terkadang pagi, terkadang siang, terkadang malam. Tidak masal...
-
"Banyak orang yang memperlakukan kami seolah-olah kami adalah jenis manusia yang mesti dihindari. Padahal, Mbak, kami tidak jauh berb...
-
Tadi siang, di kelas Matematika, saya tanpa sadar telah menggambar gadis ini di tepi lautan rumus dan simbol abstrak yang sedang terlibat p...
-
Saya mengenalnya sebagai Jo, begitu saja tanpa tahu nama aslinya. Pada beberapa kemungkinan, saya tebak, bisa saja dia tidak berdust...
-
Aku heran, mengapa mereka tak pernah mengungkapkan di literatur-literatur yang beredar bahwa aku, Gadis Bertudung Merah, sebenarnya bukan ...
Leave a Comment